cinta

Jika ada istilah yang paling sulit didefinisikan istilah itu dinamakan dengan cinta. Dengan istilah itu semakin banyak orang yang menjadi sempit pemikirannya dan semakin tergelincir didalam tujuan hidupnya dikarnakan hanya mempunyai satu tujuan yang tidak sepele yaitu kata cinta.
Istilah ini sudah menyebar dari kalangan remaja sampai kalangan anak-anak. Dan mereka berpikiran bahwa hidup tanpa adanya jalinan hubungan sesama lawan jenis itu sudah ketinggalan zaman.
Tapi bagi kalangan anak-anak dan kalangan remaja yang masih menuntut ilmu jangan dulu mengenal dengan istilah berpacaran. Karena berbacaran akan merusak moral dan akan merusak tujuan belajar yang akhirnya pembelajaran akan sering terganggu.
Cinta tidak hanya dikenal sebagai tujuan untuk berpacaran saja, tetapi cinta adalah salah satu anugerah dari Alloh bagi umat-Nya agar saling mengasihi dan saling membantu antar sesama manusia.
Dengan adanya istilah cinta maka manusia pada umumnya akan saling tolong menolong di dalam perjalanan hidupnya. Serta manusia tidak akan bisa hudup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Cinta tidak terbatas cakupannya hanya pada hal-hal yang baik saja. Tetapi juga bisa terjadi pada hal-hal yang menurut pendapat sementara orang sangat remeh dan buruk karena itu, ada cinta terhadap kebenaran dan keadilan, dan cinta terhadap keindahan dan kecantikan. Tetapi ada pula cinta kepada harta kepada anak istri, kepada diri sendiri dan kepada hal-hal yang lain.
Cinta dalam kontek manapun selalu memiliki indikator yang dapat dijadikan barometer untuk mengukur tinggi dan rendahnya derajat cinta. Dibawah ini dikemukakan indikator cinta yang diberikan para ulama pendahulu kita.
Pertama, cinta selalu ditandai dengan ingatan yang selalu terpusat kepada sesuatu yang dicintai, sehingga sang pecinta sering kali menyebut-nyebutkan namanya yang dicintainya. Bahkan sebuah riwayat menyatakan “ jika seseorang mencintai sesuatu, maka akan menyebut-nyebutkan sesuatu yang dicintainya itu”. Seorang laki-laki mencintai seorang perempuan, pasti sering menyebut-nyebutkan nama perempuan yang dicintainya itu.
Kedua, cinta selalu disertai sikap menyukai apa yang disukai oleh orang yang dicintai, dan membenci apa yang dibenci oleh sang kekasih. Jika sang kekasih menyukai lantunan lagu nasyid, ia akan sering membawakan untuknya bunga melati tersebut. Sebaliknya, jika sang kekasih tidak menyukai lantunan lagu nasyid, ia pasti akan menjauh dari apa yang dia tidak suka.
Ketiga, cinta selalu dirasai dengan rasa rindu. Karena itu, seseorang yang mencintai sesuatu pasti ingin didekat sesuatu yang dicintainya tersebut. Apabila jaraknya jauh dari hal yang dicintainya itu, menyebabkan ia terkecam kerinduanya, dan jika sudah bertemu rasanya tak mau berpisah lagi.
Keempat, cemburu. Karena itu seseorang yang mencintai sesuatu tidak sudi manakala ada saudaranya yang sama mencintai apa yang dicintai oleh dia.dan ia tidak mau diduakan.
Sekarang marilah kita renungkanlah hal-hal berikut.
Sebagai seorang mukmin yang sejati, tidak ada seorangpun diantara kita yang tidak mencintai Alloh, pasti kita semua mencintai Alloh dan tahu betul apa resiko bagi orang yang tidak mencintai Alloh. Tetapi pernahkah meneliti berapa besar kadar kecintaan kita kepada-Nya? Dan, pernah pulakah kita mengevaluasi indikaktor-indikatornya?
Apabila kita benar mencintai Alloh, marilah kita ukur kadar cinta dengan indikator pertama.
Dengan indikator ini, mestinya kita selalu ingat kepada Alloh dan tidak pernah melupakan-Nya. Ingat kepada Alloh disebut juga dengan dzikir. Semakin kita mencintai Alloh, maka semakin banyak pula dzikir kita kepada-Nya. Tetapi susahnya, Alloh selalu sering terlupakan manakala kita berada didalam kegembiraan. Itulah sebabnya manusia selalu melupakan manakala berada didalam kebahagiaan, dan manakala diberi cobaan manusia sering mengingat-Nya. Itulah sifat yang selalu ada didalam diri manusia.
Indikator kedua, seharusnya kita menyukai apa yang disukai oleh Alloh, dan membenci apa yang dibenci oleh Alloh. Kita tahu bahwa Alloh suka ukhuwah sesama muslim dan membenci permusuhan, Alloh menyukai sikap membantu kepada kaum yang dhuafa. Lalu kalau kita selalu bermusuhan, saling menjegal, tidaklah itu berarti membenci apa yang disukai oleh Alloh dan mencintai apa yang dibenci-Nya?
Indikator ketiga adalah rindu. Jika indikator ini ada pada diri kita, tentunya kita akan selalu ingin bertemu dengan-Nya, ingin selalu berada disamping-nya. Alloh sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang mukmin. Untuk itu, Dia menyediakan Diri untuk ditemui oleh kita didalam waktu yang singkat ini. Artinya kapan saja Alloh bersedia ditemui. Persoalannya adalah sudahkah kecintaan Alloh itu kepada kita dibalas oleh kita dengan kecintaan yang sepadan? Untuk sepadan, memang tidak mungkin. Tetapi setidak-tidaknya lima kali dalam sehari semalam itu harus dipertahankan dan bersegera dalam melakukannya.
Indikator yang keempat adalah cemburu. Jika kita mencintai Alloh, Allohpun mencintai kita. Dan ketika Alloh mencintai seorang mukmin, maka tingkat kecemburuannya sungguh luar biasa: Dia tidak mau diduakan. Dia ingin agar kita mencintai-Nya, dn tidak mencintai apapun selain diri-Nya. Begitu besarnya kecemburuan Alloh kepada orang mukmin, sampai-sampai menduakan diri-Nya dikatakan syirik, lalu Dia mengatakan kepada kita: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya…” (QS. An-nisa 48). Alangkah indahnya cinta Alloh kepada kita. Lantas, sudah terbalaskah cinta Alloh itu? Tidakah yang kita lakukan selama ini adalah “membalas air susu dengan air tuba”?

Tinggalkan komentar